LASKAR ULAR GAIB

LASKAR ULAR GAIB
Posted by MrR4m34t
Your Ads Here

 

LASKAR ULAR GAIB

Karya : ANanda Perdana

Sumber : WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212


Hujan lebat melanda kawasan hutan Halimun yang terletak di kaki gunung Bagur. Angin kencang bergemuruh dan kilat yang disertai petir menyambar berkepanjangan. Alam seolah murka mungkin karena sudah muak melihat angkara murka yang selalu terjadi tanpa henti.

Bangunan besar yang terletak di kedalaman hutan Halimun yang di penuhi oleh kabut tebal, pohon-pohon besar dan semak belukar itu terlihat berdiri angkuh. Kilat dan petir yang sesekali menyambar menambah kesan angker di bangunan besar dan temaram itu. 

Saat hujan mulai reda terlihat satu kereta kuda besar yang di tarik oleh dua ekor kuda berjalan pelan menuju bangunan besar itu. Di atas kereta kuda itu terdapat sebuah peti berukuran besar yang ditutupi kain hitam bergambar kepala ular yang dikobari api. Di belakang kereta kuda itu terlihat dua belas orang menunggang kuda mengiringi kereta tersebut. Empat dari penunggang kuda barisan depan berpakaian biru gelap, empat di barisan kedua berpakaian hijau tua dan empat di barisan belakang berpakaian cokelat pekat. Semuanya memakai cadar yang menutupi seluruh bagian kepala mereka,warna cadar yang di pakai sesuai dengan pakaian mereka.

Memasuki kawasan hutan Halimun yang selalu di lingkupi kabut tebal aneh itu, salah satu penunggang kuda berpakaian biru gelap menggebah kudanya mendahului kereta kuda.

Berjarak satu tombak dari gerbang bangunan besar,penunggang kuda itu kemudian membuat gerakan mengangkat kedua tangan ke atas secara perlahan lalu kedua telapak tangan ditempelkan dan perlahan diturunkan sampai ke depan dada. Pintu gerbang yang terbuat dari batu besar itu tiba-tiba bergeser ke samping. Sekitar lima tombak dari gerbang batu yang terbuka terlihat sebuah pintu bangunan besar yang terbuat dari kayu jati, di bagian tengah pintu terlihat ukiran kepala ular.

"Laskar Ular Laut,Laskar Ular Hutan dan Laskar Ular Tanah datang menghadap!" 

Penunggang kuda yang membuat gerakan membuka gerbang batu tadi keluarkan suara saat berada tepat di depan pintu bangunan besar itu. 

"Harap keluarkan tanda bukti!" Satu teriakan balasan terdengar. 

Penunggang kuda itu keluarkan sesuatu dari balik pakaian dan melempar ke arah pintu. Satu senjata rahasia berbentuk pisau pendek bergagang ular berwarna biru gelap dengan panjang satu jengkal melesat dan menancap di pintu. 

Saat senjata rahasia berbentuk pisau pendek bergagang ular itu menancap di pintu terdengar bunyi seperti besi panas dicelupkan ke dalam air lalu terlihat asap mengepul dan setelah asap sirna senjata rahasia itu pun lenyap tanpa bekas. 

"Tanda bukti diterima silahkan masuk!" 

terdengar kembali suara dari balik bangunan itu. Baru saja suara itu lenyap pintu bangunan terbuka dengan sendirinya. Para penunggang kuda itu melompat turun dari kuda masing-masing. 

"Turunkan peti!" salah satu dari orang berpakaian cokelat pekat keluarkan perintah. 

Dari pintu yang terbuka keluar sepuluh orang berpakaian kuning dan bercadar kuning menuju kereta kuda dan mulai menurunkan peti. 

"Bawa peti itu masuk!" orang berbaju cokelat kembali keluarkan perintah.

Peti besar itu dibawa memasuki sebuah ruangan besar. Di tengah ruangan terdapat sebuah kursi singgasana terbuat dari batu yang di bagian samping terpahat dua patung ular besar. Singgasana batu ini terletak di atas sebuah undakan yang berjarak sekitar satu tombak dari lantai. Di atas singgasana batu itu duduk seorang berjubah panjang warna hitam pekat yang mempunyai penutup kepala menutupi bagian belakang kepalanya. Jubah itu terbuat dari kulit ular. Sosok ini mengenakan pakaian dan celana panjang warna hitam pekat yang juga terbuat dari kulit ular. Wajahnya ditutupi oleh sehelai cadar yang juga berwarna hitam pekat. 

Di sebelah kiri dan kanan singgasana batu terlihat dua gadis berparas cantik mengipasi sosok berjubah ini secara perlahan. Di sebelah belakang singgasana batu terlihat puluhan gadis muda berparas cantik berbaris berjajar diam tanpa bergerak dan bersuara. Di bawah undakan depan singgasana duduk puluhan orang berpakaian aneka warna. Mulai dari warna merah sebelah depan lalu cokelat pekat,biru gelap,hijau tua dan kuning di bagian belakang. Satu orang berpakaian merah maju dan kemudian berlutut sambil menyusun tangan di depan hidung sikapnya seperti orang yang menghaturkan sembah saat menghadap Raja. 

"Pimpinan...barisan laskar ular yang di beri perintah bulan lalu datang menghadap". 

Sosok berjubah di atas singgasana batu anggukkan kepala. Orang berbaju merah tepukkan tangan tiga kali. Rombongan pembawa peti membawa peti ke depan singgasana batu. Peti besar itu lalu di letakkan di ruangan itu tepat di bawah undakan singgasana batu. Dua belas orang yang tadi mengiringi kereta kuda yang membawa peti besar itu haturkan sembah saat berada di depan sosok berjubah hitam.

" Pimpinan...kami datang menghadap dan menyatakan berhasil menjalankan tugas!" salah satu dari orang berpakaian cokelat keluarkan suara.

Mendengar itu sosok berjubah hitam berdiri dari singgasananya 

"Kalian semua boleh keluar dari ruangan ini kecuali para pemimpin tertinggi masing-masing laskar!" 

untuk pertama kalinya sosok berjubah itu keluarkan suara. Suaranya terdengar berat dan menggetarkan ruangan. Dalam sekejap di ruangan itu hanya menyisakan lima orang. 

"Berapa orang yang berhasil kalian bawa?" 

sang pimpinan ajukan pertanyaan. "Ada empat orang yang berhasil kami bawa pimpinan" orang berpakaian cokelat menjawab sambil bungkukkan badan. 

"Buka peti itu dan keluarkan isinya!" 

perintah sang pimpinan sambil berjalan menuruni undakan mendekati peti itu. Orang berbaju biru gelap buka penutup peti setelah peti terbuka terlihat dua sosok tubuh yang dibungkus kain hitam terbujur di dalam peti. Orang berbaju biru dan berbaju hijau angkat dua sosok tubuh itu dan meletakkannya di lantai ruangan. 

"Buka selubungnya!" 

kembali sang pimpinan memberi perintah. Dua orang itu kembali melakukan perintah sang pimpinan dengan cepat. Saat selubung hitam sosok sebelah kanan terbuka terlihat sesosok wanita berwajah bujur telur berparas cantik berambut panjang yang dihiasi pita ungu,bertubuh sintal dan molek mengenakkan pakaian ungu yang di lehernya terdapat selendang warna ungu. Jika diperhatikan lebih teliti di ujung selendang itu terdapat guratan tiga angka 212. Sosok sebelah kiri adalah juga wanita berparas cantik berkulit putih dengan rambut di gulung ke atas berpakaian terbuat dari kulit kayu yang di celup ke jelaga berwarna jingga,di bagian pinggang dan dadanya dihiasi dengan dedaunan aneka warna. Dua gadis ini terbujur kaku dengan mata terpejam. Sang pimpinan menatap tak berkedip ke arah wanita berpakaian jingga 

"Aku tahu gadis berpakaian ungu itu tapi siapa adanya gadis berpakaian jingga ini?sepertinya gadis ini berasal dari alam yang berbeda" sang pimpinan membatin dalam hati. 

Orang berbaju biru dan hijau kembali mendekat ke arah peti dan mengangkat lantai peti yang telah kosong itu ke atas. Saat lantai peti itu telah terangkat ternyata ada ruangan lain di bawah lantai peti itu dan di ruangan lain peti itu terbujur dua sosok tubuh yang juga dibungkus kain hitam. Dua orang ini lalu mengangkat dan mengeluarkan dua sosok berselubung ini dan meletakkannya di lantai. Saat selubung di buka terlihat dua sosok wanita yang tak kalah cantik dari dua gadis pertama. Sosok pertama adalah gadis cantik bertubuh tinggi semampai berkulit putih berambut cokelat pirang panjang mengenakkan pakaian biru tipis dan dari tubuhnya menebar bau harum. 

Sosok yang kedua adalah gadis cantik berambut hitam panjang berkulit putih mengenakkan pakaian hitam yang mempunyai manik manik di bagian dada,gadis ini memakai perhiasan anting,kalung dan gelang yang terbuat dari kerang merah. Sama seperti dua gadis sebelumnya dua gadis ini juga terlihat terbujur kaku dengan mata terpejam. 

"Luar biasa dua gadis ini bukan orang sembarangan terutama gadis berpakaian hitam itu,kalian melaksanakan tugas dengan sangat baik!" 

sang pimpinan keluarkan pujian karena sangat senang dengan keberhasilan pengikutnya. Orang berbaju cokelat bungkukkan tubuh lalu berkata 

"Mohon maaf pimpinan menurut kabar yang kami sirap gadis berpakaian jingga ini berasal dari alam 1200 tahun silam dan masih ada beberapa gadis lagi dari alam yang sama yang sepertinya ikut masuk ke alam kita,entah apa tujuannya kami pun tidak tahu tapi dua dari mereka sudah berhasil ditaklukan oleh Laskar Ular Darah di bantu lima tokoh sakti barisan ular gaib dan saat ini sedang dalam perjalanan ke Puri ini". 

"Sudah kuduga...benar rupanya gadis itu bukan manusia alam ini...lalu dari mana kalian tahu kalau dia bukan gadis alam kita?" tanya sang pimpinan. 

"Ki Rekso Winular alias Dukun Ular Iblis yang mengatakannya pimpinan". 

"Mengenai dua gadis yang berhasil ditaklukan itu bagaimana ciri cirinya?" sang pimpinan kembali ajukan tanya. 

"Gadis yang pertama seorang gadis cantik berkulit putih bertubuh tinggi semampai berpakaian terbuat dari kulit kayu berwarna biru dan mempunyai hiasan kembang tanjung di keningnya sedangkan gadis yang kedua adalah gadis cantik berpakaian gulungan gulungan kain putih halus seperti sutera dan mempunyai selendang sutera yang bisa dijadikan senjata,gadis ini mempunyai sepasang bola mata berwarna biru". 

Sang pimpinan menatap heran ke arah ketua laskar ular tanah. 

"Sepasang bola mata biru?apakah dia kembaran gadis berpakaian hitam itu?" tanya sang pimpinan sambil alihkan pandangan ke arah gadis berpakaian serba hitam yang masih terbujur kaku tak bergerak. 

"Tidak pimpinan...mereka tidak kembar hanya warna bola matanya saja yang sama". 

Sang pimpinan diam sejenak lalu berkata  "Bagaimana dengan dua gadis alam roh itu?apa sudah berhasil kalian taklukkan?". 

"Sekali lagi mohon maaf pimpinan dua gadis itu belum berhasil kami taklukkan...di samping mereka bukan manusia mereka juga memiliki kesaktian yang luar biasa tapi lima tokoh barisan ular gaib yang di pimpin oleh Ular Hantu Pemanggil Roh masih terus melakukan upaya untuk secepatnya menaklukan mereka!". 

Sang pimpinan diam seperti berpikir lalu berkata "Bagaimanapun caranya kalian harus bisa menangkap dua gadis alam roh itu...tangkap semua gadis yang punya hubungan dengan pendekar itu!". 

"Baik pimpinan!" jawab empat ketua laskar ular berbarengan sambil menjura hormat. 

"Ada lagi yang ingin kalian sampaikan?" tanya sang pimpinan. 

Ketua laskar ular darah yang berpakaian serba merah maju satu tindak mendekati sang pimpinan. Setelah menjura baru dia berkata "Mohon maaf pimpinan mengenai gadis alam roh yang dulu pimpinan sebutkan ternyata Pendekar 212 tidak hanya dekat dengan dua gadis alam roh tapi ternyata ada empat gadis alam roh yang menjadi sahabat atau mungkin kekasihnya dan dua dari gadis alam roh itu sepertinya berasal dari alam yang sama dengan gadis berpakaian jingga itu". 

Sang pimpinan terdiam sambil dongakkan kepala "Kalau begitu tugas kalian akan semakin berat...cari dan selidiki siapa dua gadis alam roh itu lalu tangkap mereka!". 

"Baik pimpinan!" kembali empat orang itu menjawab serempak dan menjura secara bersama. 

"Ada lagi yang ingin kalian sampaikan atau ada pertanyaan lain?jika tidak kalian boleh pergi!". 

Empat orang itu kembali menjura dan melakukan penghormatan lalu keluar dari ruangan tersebut. 

Sepeninggal empat orang tersebut sang pimpinan alihkan pandangan ke arah empat gadis cantik yang terbujur tak bergerak. Dari sepasang mata sang pimpinan keluarkan kilatan aneh "Pendekar 212 aku bersumpah akan menjadikan Puri Ular Gaib ini sebagai kuburanmu,kuburan para sahabat dan kekasihmu,kuburan guru gurumu dan kuburan orang orang yang ada di barisanmu...di mulai dari para gadis ini agar kelak kau menderita dan sengsara saat mengetahui gadis gadis gendakmu ini mati dengan cara mengenaskan!". 

Tawa membahana menggetarkan Puri Ular Gaib dan Hutan Halimun yang selalu di selimuti kabut tebal aneh ini. Suasana alam yang sunyi dan gelap seolah ikut khawatir akan nasib buruk yang akan menimpa dunia persilatan dan empat gadis di Puri terkutuk tersebut.

   ***

Menjelang siang sinar sang mentari mulai terasa menyengat di kawasan lembah yang di penuhi oleh tumbuhan aneh dan rumput berwarna biru. Keanehan inilah yang membuat lembah ini di sebut lembah biru. Di suatu tempat pedataran luas di salah satu kawasan lembah biru terlihat empat sosok tubuh berdiri mengelilingi satu sosok tubuh yang duduk bersila. Sosok pertama adalah seorang laki-laki setengah baya berwajah tirus belang hitam kuning berambut panjang dengan mata mencorong tajam dan alis mencuat ke atas berpakaian hitam belang kuning. Di pinggangnya melilit sebuah cambuk panjang berwarna hitam dengan gagang kepala ular. 

Orang ini di kenal dengan julukan Iblis Ular Belang. Sosok kedua adalah lelaki berwajah garang dengan kumis dan cambang bauk meranggas berambut pendek keriting. Lelaki ini mengenakan pakaian biru gelap dan bersenjatakan sepasang klewang bergagang kepala ular. Orang ini di kenal dengan julukan Setan Ular Klewang Maut. Sosok ketiga adalah seorang perempuan tua berambut putih riap riapan berjubah hitam panjang memegang tongkat kepala ular. Rimba persilatan mengenalnya dengan julukan Siluman Ular Penghisap Sukma. Sosok keempat adalah seorang perempuan setengah baya berambut kelabu yang di gulung ke atas memakai jubah pendek selutut berwarna putih dan celana hitam. 

Di punggungnya tergantung sebilah pedang bergagang kepala ular berwarna putih. Perempuan ini dikenal dengan julukan Ular Putih Pencabut Jiwa. Sosok kelima yang duduk bersila adalah seorang lelaki tua berjenggot putih pendek tanpa kumis berpakaian hitam. Di kepalanya terdapat penutup kepala berbentuk sorban berwarna hitam.Orang ini juga membekal sebuah guci kecil terbuat dari perak yang tergantung di pinggang. Lelaki tua ini di kenal dengan julukan Ular Hantu Pemanggil Roh. 

Sosok yang bersila ini duduk menghadap sebuah benda berbentuk pendupaan yang di kobari api aneh berwarna hijau kebiruan. Mulutnya komat kamit sambil sesekali melempar sesuatu ke pendupaan tersebut. Pendupaan keluarkan letupan kecil dan mengeluarkan asap berbau harum bunga kenanga.

"Bersiaplah yang kita tunggu segera tiba!" 

Ular Hantu Pemanggil Roh keluarkan ucapan sambil berdiri dari duduknya.

Baru saja ucapannya selesai di langit tiba tiba melesat seberkas cahaya putih yang bergerak turun ke hadapan mereka. Cahaya putih itu kemudian berpendar dan berubah menjadi satu sosok samar seperti asap. Saat pendaran cahaya hilang sosok samar itu berubah menjadi sosok utuh seorang wanita cantik berwajah pucat memakai kebaya putih panjang berhiaskan tiga kancing besar dan mengenakkan celana panjang sebetis. Tempat itu sontak di penuhi bau bunga kenanga. Ular Hantu Pemanggil Roh maju lima tindak ke arah gadis berkebaya putih hingga jarak mereka hanya terpisah tiga langkah. 

"Dewi Bunga Mayat terima kasih akhirnya kau mau datang memenuhi panggilanku!" Ular Hantu Pemanggil Roh keluarkan ucapan. 

"Siapa kalian?mengapa kau memanggilku?" tanya gadis berkebaya putih yang ternyata adalah Suci alias Dewi Bunga Mayat. 

"Pimpinan kami mengundangmu untuk datang ke Puri Ular Gaib di Hutan Halimun!" jawab si kakek bersorban hitam.

"Siapa pimpinan kalian?"

"Kau bisa tahu saat di Puri nanti!"

"Apa tujuan pimpinan kalian mengundangku ke sana?"

"Hal itu pun bisa kau ketahui di Puri nanti!"

Dewi Bunga Mayat mendengus mendengar jawaban itu. 

"Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu dan hal-hal yang tidak penting itu!". Suci berniat untuk segera tinggalkan tempat itu tapi ucapan Ular Hantu Pemanggil Roh membuatnya mengurungkan niat. 

"Maaf Dewi kami sudah di perintah untuk membawamu ke Puri!"

"Kalau aku menolak?" 

"Kami terpaksa melakukan kekerasan!"

Suci keluarkan ucapan bernada dingin "Aku mau lihat kekerasan apa yang kalian maksud!"

Iblis Ular Belang segera loloskan cambuk di pinggangnya. Tanpa bicara cambuk digerakkan untuk membelit tubuh Suci. Melihat ini Suci hentakkan kaki ke tanah, dari tanah tiba-tiba membersit cahaya merah angker yang menjalar memasuki kaki terus merambat ke atas dan saat mencapai kepala dari sepasang mata suci melesat dua larik sinar merah angker menggidikkan menderu dahsyat ke arah Iblis Ular Belang. Inilah ilmu  kesaktian yang di sebut Roh Mendera Bumi. Iblis Ular Belang segera tarik pulang serangan cambuknya lalu dia pukulkan kedua tangan ke depan lepaskan pukulan Racun Ular Belang. Dua larik sinar kuning hitam melesat memapas ke arah dua larik sinar merah. 

"Buumm...buumm!" dua ledakan dahsyat mengguncang lembah biru. Iblis Ular Belang terlempar sejauh tiga tombak dan jatuh terbanting ke tanah. Orang ini cepat berdiri tapi roboh kembali dan terlihat dari mulutnya mengalir darah kental.

Tubuh Suci terlihat berguncang namun tidak bergeser dari tempatnya. Wajahnya terlihat semakin pucat. 

"Gadis alam roh ini sangat berbahaya cepat lakukan sesuai rencana!" Ular Hantu Pemanggil Roh berteriak mengingatkan.

Setan Ular Klewang Maut cabut sepasang kelewangnya dan kirimkan tiga serangan berantai berupa satu tusukan ke arah jantung dan dua bacokan ke arah leher dan dada sedangkan Ular Putih Pencabut Jiwa langsung melesat ke depan lancarkan serangan berupa cengkraman ke ulu hati dan tendangan ke arah kepala. Suci sambut serangan Ular Putih Pencabut Jiwa yang sampai lebih dulu dengan cara rundukkan kepala untuk hindari tendangan dan pukulkan tangan kanan untuk tangkis cengkraman lawan. 

"Praak!" 

dua tangan yang di aliri tenaga dalam tinggi itu beradu keras. Ular Putih Pencabut Jiwa terpekik dan tersurut mundur. Tangannya serasa menghantam pentungan besi. Dua jarinya patah dan pergelangannya bengkak kemerahan. Saat masih terhuyung mundur satu tendangan melabrak dadanya. Hadapi serangan Setan Ular Klewang Maut Suci melesat tiga tombak ke udara, dari udara Suci kibaskan tangan kanan ke bawah. Tiga bunga kenanga mendesing menggidikkan ke arah Setan Ular Klewang Maut. Tidak menyangka lawan bisa menghindari serangannya dan balas lancarkan serangan dengan cepat Setan Ular Klewang Maut jadi sedikit gelagapan. Orang ini berkelit ke kiri, dua bunga kenanga berhasil di hindari namun satu bunga kenanga masih sempat menancap di lengan kanan sebelah atas. 

Setan Ular Klewang Maut sontak merasa tubuhnya dingin seperti di pendam dalam liang es namun kulit sebelah luar terasa panas membara hingga membuatnya lemas dan akhirnya roboh ke tanah. Melihat tiga temannya di pecundangi dengan mudah Siluman Ular Penghisap Sukma hantamkan tongkatnya ke depan. Serangkum angin panas berbau aneh dan menyengat menderu ke punggung Suci. Sadar dirinya di bokong dan tidak ada kesempatan berkelit Suci berbalik dan sapukan tangannya yang memegang bunga kenanga ke arah angin berbau aneh itu. Serangkum angin dingin menusuk menderu menyambut angin panas berbau aneh menyengat. 

Angin dingin dan panas bertemu di udara. Tidak ada ledakan yang terdengar namun dari pertemuan ke dua angin tersebut mengepul asap hitam bergulung-gulung. Suci yang tidak menyangka akan hal itu terkejut dan berusaha menjauh namun terlambat sebagian asap sempat terhirup dan mengenai matanya. Suci merasa pandangan matanya tiba-tiba kabur dan kepala terasa pusing. Saat dia coba kerahkan hawa sakti dan tenaga dalam tiba-tiba terdengar suara berdenging yang terasa menusuk telinga dan kepalanya. Suci coba bertahan dengan mendekap kedua telinga dan kerahkan seluruh tenaga dalam namun suara dengingan itu semakin kuat menusuk telinga dan kepalanya apalagi saat itu Siluman Ular Penghisap Sukma kembali lancarkan serangan berupa asap hitam bergulung-gulung yang membuntal tubuhnya. 

Saat pandangannya semakin kabur dan telinga serta kepalanya semakin sakit Suci masih sempat melihat Ular Hantu Pemanggil Roh loloskan guci perak di pinggangnya. Suara dengingan itu ternyata berasal dari mantera yang di baca lelaki tua bersorban hitam itu. Sadar bahaya besar mengancam Suci berusaha untuk tinggalkan tempat tersebut namun saat sudah tak mampu bertahan lagi tubuh Suci tiba-tiba berubah menjadi samar dan perlahan tersedot masuk ke guci perak. Suci menjerit keras saat seluruh tubuhnya tersedot masuk ke dalam guci. Jeritannya lenyap di ujung mulut guci perak itu.

"Suci...!!!"

Seorang pemuda berpakaian putih berambut panjang tersentak bangun dari tidurnya sambil berteriak menyebut sebuah nama. Nafasnya memburu dan keringat membasahi wajah dan tubuhnya. 

"Sial...mimpi itu lagi!" maki si pemuda yang bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng. Wiro usap keringat yang membasahi wajahnya. 

"Sebelumnya aku juga bermimpi tentang Anggini,Bidadari Angin Timur,Ratu Duyung, Luhjelita,Luhcinta,Peri Angsa Putih...dan sekarang Suci...ada apa dengan mereka?" Wiro merenung. 

"Aku yakin ini bukan mimpi bunga tidur belaka...sebelumnya tidak pernah aku mengalami hal seperti ini!".

Wiro memandang berkeliling,ternyata saat itu dia tengah berada di sebuah dangau di tengah sawah. 

"Aku harus mencari mereka...sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada mereka!" Wiro berdiri dan mulai melangkah meninggalkan dangau itu.

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Newer Posts Newer Posts Older Posts Older Posts

Related Posts

Your Ads Here

Comments

Post a Comment